Malahkita akan menjadi umat yang terbelakang dan menjadi santapan umat lain seperti hidangan makanan di meja makan, " jelasnya. Ustaz Tamlicha juga mengajak untuk terus menggelorakan semangat dakwah di tengah umat dalam upaya mengobati penyakit yang menyebabkan kaum muslimin menjadi lemah di hadapan kaum kafir. adabeberapa solusi yang diberikan ulama dalam masalah dakwah ini, al-bayanuny menjelaskan tentang solusi masalah dakwah dari dalam umat islam antara lain; mengakui kesalahan yang diperbuat, memperbaiki kesalahan lalu menyusun permasalah yang ada kemudian membuat prioritas untuk diatasi, bersungguh-sungguh dalam mengatasi masalah, tetap . Sebenarnya dakwah Islam tidak pernah berhenti, namun barangkali ia tidak efektif dalam melakukan perubahan. Bahkan kadang yang terjadi justru hasilnya malah kontraproduktif dengan dakwah itu sendiri. Mengapa bisa terjadi? Muasal masalah tersebut sesungguhnya bersumber pada sikap individu pelaku dakwah. Penyakit ini lantas menjadi sebuah sikap. Sikap dan pendirian ini kemudian mempengaruhi maknawiyah [mental] dan aktifitasnya. Lemahnya ma’nawiyah dalam dakwah. Efek mental akibat sikap infirodi [individu] dalam dakwah dapat dilihat dari gejala-gejala berikut Emosional dalam menghadapi keadaan hingga berlaku serampangan Figuritas bahkan kultus hingga menimbulkan diktatorisme dalam dakwah Superioritas [merasa paling hebat] yang menyebabkan egoisme Meremehkan orang lain hingga ia menyempal dan memecah-belah umat Lemahnya aktivitas dalam dakwah akibat sifap infirodi dalam dakwah dapat dilihat dari gejala-gejala berikut Improvisasi yang asal-asalan. Dakwah yang dilakukan secara spontanitas demikian tidak dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Parsial [sebagian-sebagian] dalam melakukan perbaikan sehingga yang terjadi justru kontradiksi dan pertentangan. Tradisional dan konserfatif hingga meninbulkan kedangkalan argumen dan wawasan Perbaikan yang dilakukan bersifat tambal sulam. Hal ini disebabkan berbagai keterbatasan yang ada pada individu. Betapapun hebatnya, sebagai manusia maka seorang dai tidak luput dari kekurangan. Baik aspek kemampuan maupun usia. Dakwah tambal sulam yang demikian tidak akan membuahkan hasil. Energinya habis percuma karena belum selesai perbaikan pasa suatu sisi, kekurangan terjadi di tempat lain. Belum selesai perbaikan pada bagian kedua, bagian pertama yang kemarin sudah mulai usang. Terapi penyakit umat. Penyakit dakwah yang sangat berbahaya ini hanya dapat disembuhkan dengan amal jama’i. Namun banyak orang tidak siap untuk melakukan amal jama’i selama penyakit individualistis yang menjangkiti dirinya belum terobati. Pengobatan terhadap penyakit jiwa ini dapat dilakukan dengan Penyadaran bahwa sikapnya itu berbahaya bagi diri dan dakwah. Ia tidak dapat memberikan kontribusi maksimal Meluruskan orientasi dakwahnya untuk Islam, bukan untuk kepentingan individu, keluarga maupun golongan Tawadlu [rendah hati]. Hanya Allah saja yang pantas menyandang sifat takabur karena Allah Mahahebat. Objektifitas dalam menilai diri, orang lain, maupun realitas umat. Kesadaran akan pentingnya manhaj dalam dakwah. Kesadaran untuk melakukan dakwah secara integral dan menyeluruh Modernisasi metodologi dakwah dan tidak konservatif, hingga umat tercerahkan. Perubahan secara total, hingga umat tersadarkan fikiran, semangat dan aktivitasnya. Dakwah yang merupakan proyek besar dan berat ini tidak mungkin dilakukan secara individual. Sebab tiap-tiap diri pasti tidak bebas dari kekurangan. Namun, betapapun kecil dan terbatasnya individu, dakwah akan menjadi besar dan kuat dalam amal jama’i. Navigasi tulisan Buku Panduan Menuju Muslim Kaaffah KETIKA Umar bin Khattab ra. memberi wasiat kepada pasukan Islam yang akan berjihad, beliau berkata, “Janganlah kalian berbuat maksiat kepada Allah sedang kalian di jalan Allah”. Pesan ini mengisyaratkan kepada kita bahwa para da’i yang sedang berdakwah bisa jadi berbuat maksiat kepada Allah. Barangkali penyakit inilah yang harus kita waspadai bersama, bermaksiat di jalan dakwah. Dan dalam pergerakan dakwah modern, para pemimpin dakwah juga sering mengingatkan akan bahaya berbagai macam penyimpangan di jalan dakwah. Musthafa Masyhur adalah pemimpin gerakan dakwah yang sering mengingatkan akan berbagai macam penyimpangan di jalan dakwah. Buku beliau yang banyak mengulas tentang masalah ini adalah Prinsip dan Penyimpangan di jalan di Dakwah’. Fathi Yakan juga meworning para aktifis dakwah dalam bukunya Aids dalam Harakah’ dan Yang Berjatuhan di Jalan Dakwah’. Namun demikian, para da’i adalah manusia yang tetap memiliki potensi lupa dan salah, sehingga upaya untuk saling mengingatkan harus terus dilakukan. BACA JUGA Begini Tahapan Dakwah Rasulullah di Makkah Di antara berbagai Penyakit di Jalan Dakwah yang harus diwaspadai bersama oleh para da’i adalah 1 Juz’iyah Tidak Syamilah Penyakit Juzi’yah atau parsial dalam dakwah bersumber dari pemahaman Islam yang tidak syamil atau integral. Pemahaman seperti inilah yang pada gilirannya mengakibatkan pola hidup sekuler. Islam hanya dilihat dari satu aspek saja. Sampai sekarang masih banyak dari umat Islam yang memandang Islam hanya mengatur urusan privat saja. Sedangkan urusan public diserahkan kepada negara. Sementara negara masih menganut sistem sekuler. Pola hidup sekuler masih mendominasi mayoritas umat Islam. Mereka memandang bahwa Islam di satu sisi sementara negara disisi yang lain. Realitas ini mengakibatkan pola hidup yang sangat kontradiktif. Kita sering menyaksikan sebagian umat Islam yang ditokohkan oleh masyarakat tidak memberikan keteladanan yang baik. Dalam kehidupan ritual kelihatannya menjadi orang yang paling shalih, tetapi dalam kehidupan keluarga, sangat terbuka dan membiarkan istri dan anak-anaknya yang perempuan tidak menutup aurat. Dalam ekonomi masih bergumul dengan riba dan dalam kehidupan politik menjadi orang yang suka korupsi dan money politik. Begitu juga sebagian da’i dan mubaligh masih memahami Islam dengan pemahaman parsial, sehingga apa yang didakwahkannya tidak lebih dari apa yang dipahami bahkan cenderung kurang dan lebih buruk. Sikap juz’iyah dan tidak syamilah akan menyebabkan dakwah Islam terpecah-pecah dan sering terjadi perselisihan diantara berbagai gerakan dakwah. Dalam tataran praktis, gerakan dakwah terkadang juga terjebak pada salah satu fokus dakwah dan agak melalaikan aspek yang lain. Politik misalnya, tentu saja ini bagian dari aspek yang harus dimasuki gerakan dakwah. Pada saat yang sama juga tidak melupakan aspek-aspek lainnya, seperti tarbiyah yang sudah menjadi jatidri gerakan dakwah. Tarbiyah di kampus dan sekolah, tarbiyah di masyarakat, menjadikan masjid sebagai pusat dakwah dan tarbiyah dll. Aspek lain yang harus menjadi perhatian gerakan dakwah adalah perbaikan ekonomi kader. Ketika kita mendapatkan bukti kesenjangan antar kader, mayoritas kader yang masih berada dibawah standar, mereka hidup di rumah-rumah kontrakan yang sempit dan tidak sehat sementara sebagian kecil kader bergelimangan dengan kemewahan, maka ini harus segera diselesaikan, karena pasti ada yang salah. BACA JUGA Jangan Bersedih Jika Dakwahmu Belum Diterima… 2 Madiyah Tidak Rabbaniyah Dan di antara penyakit di jalan dakwah yang berbahaya sekarang adalah itijjah madiyah orientasi materi. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya dunia adalah manis dan hijau dan sesungguhnya Allah akan menitipkan padamu, maka akan melihat apa yang kamu lakukan. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan wanita, karena fitnah pertama yang menimpa Bani Israil terjadi pada wanita” HR Muslim Kita sedang menghadapi masalah di sini, kita sudah agak menjauhi dari sikap rabbaniyah dan mulai mendekat ke sikap madiyah. Pembicaraan- pembicaraan yang berkembang dikalangan sebagian kader sudah kental dengan nuansa materinya, seperti, kita dapat apa dari dakwah ini? Mobilnya merek apa? Sudah nambah istri belum? HP merek apa? Bisnis apa yang kita garap? Proyek apa yang sedang kita ajukan? dll. Sedangkan pembicaraan yang terkait dengan nilai-nilai rabbaniyah sudah semakin sayup-sayup terdengarnya. Pembicaraan seperti, kamu sudah hapal berapa juz? Anak kita sudah ada yang hafal al-Qur’an belum? Kamu memiliki berapa halaqoh? Bagaimana shalat lima waktu kita? Kapan kita mengadakan dauroh? dll sudah hampir lenyap dalam pembicaraan kader dakwah. Kita sudah mulai akrab dengan hotel, tetapi agak menjauh dengan masjid. Kita sudah hobi berkunjung ke para pejabat, tetapi sudah mulai jarang bermajelis dengan orang-orang shalih dan para ulama. Kita senang dengan qusyur istana dan rumah yang megah dan melupakan kubur. Gaya hidup kita sudah ada yang berubah, ukhuwah kita sudah mulai kering dan bermasalah. Dan ini adalah musibah. “Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk tunduk hati mereka mengingat Allah dan kepada kebenaran yang Telah turun kepada mereka, dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya Telah diturunkan Al Kitab kepadanya, Kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik” QS Al-Hadid 16. Sikap rabbaniyah lahir dari proses tarbiyah yang matang terutama tarbiyah ruhiyah. Dari tarbiyah inilah kualitas kader dakwah teruji. Di masa Rasulullah SAW para sahabat yang teguh dalam seluruh dinamika dakwah adalah para sahabat senior yang tertempa oleh tarbiyah Rasulullah SAW dalam waktu cukup lama. Mereka dibina oleh Rasulullah saw di Mekkah selama 13 tahun, dan selanjutnya mereka mengikuti dakwah Rasul saw dengan setia sampai beliau wafat. Mereka disebut Assabiqunal Awwalun Generasi Awwal dari Muahjirin dan Anshar. Sedangkan para sahabat yang masuk Islam setelah Futuh Makkah, mereka inilah yang kemudian melahirkan dinasti Bani Umayah yang membangun politiknya dengan sistem kerajaan dan sarat dengan nilai-nilai madiyah dan menjauh dari nilai-nilai Rabbaniyah. Kemenangan gerakan dakwah ketika tetap konsisten dengan nilai-nilai rabbaniyah. Rasulullah saw. bersabda, “Zuhudlah kamu terhadap dunia, niscaya Allah mencintaimu. Dan zuhud kamu terhadap apa yang ada pada manusia, niscaya manusia mencintaimu” HR Ibnu Majah. Keikhlasan, pengorbanan, militansi dan perjuangan para kader tidak dapat diukur dan dinilai dengan harta. Realitas inilah yang harus menjadi perhatian para qiyadah dakwah, agar mereka juga tetap menjaga nilai-nilai rabbaniyah untuk bersama-sama membangun izzatul Islam wal muslimin yang lebih cerah lagi di masa yang akan datang. Materi itu memang dibutuhkan dalam dakwah, tetapi materi itu bukan segala-galanya. Oleh karenannya materi jangan dijadikan orientasi dalam dakwah. Rasulullah SAW bersabda,” Demi Allah ! Bukanlah kefakiran yang aku takutkan pada kalian. Tapi aku takut, dibukakannya dunia untuk kalian, sebagaimana telah dibukakan pada umat terdahulu. Maka kalian berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba, dan menghancurkan kalian sebagaimana telah menghancurkan orang sebelum kalian” Muttafaqun alaihi. BACA JUGA Siapa yang Membantu Dakwah Rasulullah Setelah Khadijah Wafat? Gerakan dakwah dan aktifis dakwah harus tetap berada pada jalur yang benar, yaitu sikap robbaniyah. 3 Wijahiyah Tidak Manhajiyah Dulu kita sering mendapatkan taujih tentang keharusan untuk tidak bersikap wijahiyah figuritas dalam dakwah dan tetap komitmen pada manhaj dakwah. Dan ini adalah taujih yang benar. Tetapi sekarang kita melihat fenomena figuritas dalam dakwah, dan ini adalah bagian dari penyakit di jalan dakwah. Kita mencintai para qiyadah dakwah dan kita akan tetap taat pada qiyadah dakwah. Pada saat yang sama qiyadah dakwah kita adalah qiyadah jama’iyah. Figuritas sering muncul di masyarakat tradisional yang kurang pemahamannya dalam Islam. Tetapi jika figuritas muncul juga dalam masyarakat modern dan gerakan dakwah modern, berarti ada yang salah. Figuritas juga sering muncul karena lemahnya keikhlasan dan ada motivasi di balik sikap figuritas tersebut. Biasanya motivasi kepentingan sesaat yang bersifat materi atau kekuasaan. Figuritas adalah penyakit di jalan dakwah yang berbahaya. Dakwah tidak boleh bertumpu pada figur-figur tertentu, tetapi harus membangung sistem atau manhaj yang kuat. Ketika benih-benih figuritas muncul dalam gerakan dakwah, maka terapinya harus kembali pada manhaj dakwah yang benar. Kita harus sering mengkaji Al-Qur’an dan sunnah. Kita juga harus sering membaca kitab-kitab salafu shalih. Kita juga harus kembali membuka buku-buku manhaj standar, seperti Majmu’ah Rasail karya imam Hasan Al-Banna dan kitab Fiqhud Da’wah karya Musthafa Masyhur. Dan memang, kita harus kembali pada manhaj dakwah yang benar. 4 Afawiyah Tidak Takhtitiyah Afawiyah artinya asal-asalan sedangkan takhtithiyah artinya dengan perencanaan. Dakwah yang benar harus selalu menggunakan perencanaan. Gerakan dakwah sudah besar dan berskala nasional. Segala keputusan akan berdampak nasional. Ketika keputusan tanpa melalui perencanaan yang matang dan kajian yang teliti, maka akan berdampak buruk bagi dakwah, qiyadah dakwah dan kadernya. Perencanaan dan kajian ilmiyah sudah menjadi keniscayaan agar melahirkan sistem yang kuat dan keputusan yang akurat. BACA JUGA Perjalanan Mengantar Sang Mujahid Dakwah Ketika sebuah kebijakan strategis diputuskan hanya dalam satu pertemuan yang memakan waktu beberapa jam saja dan sebelumnya tidak dilengkapi kajian ilmiyah, perencanaan yang matang, maka keputusannyapun tidak matang. Kondisi seperti ini akan membahayakan perjalanan gerakan dakwah. Lebih berbahaya lagi jika keputusan tersebut terkait dengan nama-nama orang yang akan dipromosikan untuk suatu amanah, baik dari internal maupun eksternal. Gerakan dakwah harus sudah memiliki semacam Sistem Manajemen Gerakan Dakwah. Sistem ini dilaksanakan dan mengikat bagi seluruh kader dakwah, lebih-lebih qiyadah dakwah. Sehingga segala sesuatunya berjalan sesuai dengan sistem bukan subyektif sesuai keinginan orang-perorangan. 5 Istibdadiyah Tidak Syuriyah Istibdadiyah adalah sistem dan sikap yang cenderung bersifat otoriter sedangkan syuriyah adalah sistem dan sikap yang senantiasa menghidupkan nilai-nilai syura. Orang-orang yang berkuasa memang memiliki karakteristik otoriter, apalagi kekuasaan itu dikendalikannya sudah terlalu lama. Satu-satunya syarat agar para pemimpin tidak bersifat otoriter yaitu pola hidup rabbaniyah. Artinya dia selalu cenderung kepada Allah, senantiasa beribadah kepada Allah dan memiliki keimanan yang kuat pada Allah dan hari akhir. Para Khulafaur Rasyidin adalah contoh pemimpin yang memiliki sikap rabbaniyah. Oleh karena itu walaupun mereka memimpin sampai akhir hayatnya tetapi mereka tetap istiqomah dalam Islam terutama dalam sikap zuhud terhadap dunia. Sementara para pemimpin dari Bani Ummayah kecuali Umar bin Abdul Aziz, karena menjauh dari sikap rabbaniyah sehingga mereka merubah sistem pemerintahannya menjadi kerajaan yang cenderung otoriter dan mencintai dunia. Para pemimpin yang memiliki sikap rabbaniyah inilah yang senantiasa menghidupakan syura dan tidak otoriter. Rasulullah SAW memberikan keteladanan dalam masalah syura ini. Beliau adalah orang yang paling banyak mengajak musyawarah dengan para sahabatnya untuk hal-hal yang tidak ada nash-nya. BACA JUGA Nabi Harun AS, Saudara Setia dalam Dakwah Hal ini dilakukan oleh Rasulullah saw. untuk menegakkan sistem Islam, khusunya dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Al-Qur’an telah memberikan arahan yang sangat baik tentang pentingnya syura, adab syura dan komitmen dengan hasil-hasil syura. “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah Lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu Telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya” QS Ali Imraan 159. Dakwah akan tetap berjalan dengan kita atau tanpa kita. Dan penyakit dakwah itu mungkin akan terus menimpa sebagian kader-kader dakwah sesuai dengan sunatullah-Nya, yang akan tetap dijaga oleh Allah adalah manhaj. Oleh karena itu marilah kita tetap istiqomah dengan manhaj Islam dan jalan dakwah yang penuh berkah ini. Wallahu alam. [] SUMBER MAJASLAH SAKSI/JAKARTA Abstract ; Persoalan yang dihadapi sekarang adalah tantangan dakwah yang semakin hebat, baik yang bersifat internal mau¬pun eksternal. Tantangan itu muncul dalam berbagai bentuk kegiatan masyarakat modern, seperti perilaku dalam menda¬patkan hiburan enter¬tain¬ment, kepariwisataan dan seni dalam arti luas, yang semakin membuka peluang munculnya kerawanan moral dan etika. Pembangunan di bidang fisik itu tentu saja membawa dampak positif bagi kehidupan masyarakat seperti berbagai kemudahan-kemudahan dalam mengakses setiap kebutuhan. Namun demikian berbagai permasalahan umat juga mengalami perkembangan yang luar biasa baik dari kualitas maupun kuantitasnya. Hal ini disebabkan karena pembangunan mental spritual tidak mendapatkan porsi yang seimbang dengan pembangunan pisik yang justru merupakan hakekat dari pembangunan itu sendiri. Sebagai makhluk yang sempurna maka manusia dilengkapi dengan suatu tabiat yang berbentuk dua kekuatan yaitu amarah dan syahwat keinginan. Dua kekuatan inilah yang menentukan akhlak dan sifat manusia. sikap mental materialistik, agama akan kehilangan daya tariknya karena agama tidak memberikan keuntungan material apapun bagi manusia. Itulah sebabnya beberapa ilmuwan sosial meramalkan bahwa semakin modern suatu masyarakat, semakin tersingkir pula agama dari kehidupan sosial masyarakat itu. Tidak ada agama yang bisa diharapkan akan bertahan lama jika berdasarkan kepercayaannya kepada asumsi-asumsi yang secara ilmiah jelas salah. Inilah problematika dakwah kita masa kini. Oleh sebab itu semuanya harus dikelola dengan manajemen dakwah yang profesional oleh tenaga-tenaga dakwah yang berdedikasi tinggi, mau berkorban dan ikhlas beramal. Untuk mengubah wajah umat Islam yang suram diperlukan dakwah islamiyah untuk menyembuhkan penyakit dalam tubuh umat Islam. Kata KunciDakwah, Problematika Umat, Aqidah, Moral, Individualisme, Materialisme Problems faced today are increasingly great da'wa challenge, both internal or external. The challenge comes in many forms of modern society activities, such as behavior in getting entertainment , tourism and the arts in a broad sense, which raises the possibility of moral and ethical vulnerability emergence. Development in the physical plane of course a positive impact on people's lives as a variety of easiness in accessing every need. However, various problems people are also experiencing tremendous growth both in quality and quantity. This is because the mental development spritual not get equal proportion to the physical development which is precisely the nature of the development itself. As a human being perfect it is equipped with a character in the form of two powers, namely anger and lust desire. Two forces that determine the character and human nature. materialistic mentality, religion will lose its appeal because religion does not provide any material benefit for humans. That is why some social scientists predict that the more modern a society, the religious also eliminated from the social life of the community. No religion can be expected to last long if it is based on his belief in assumptions scientifically clearly wrong. This is the problem of our mission today. Therefore, everything must be managed by a professional management da'wa, da'wa personnel dedicated, willing to sacrifice and sincere charity. To change the face of the grim Muslims needed da'wa Islamiyah to cure the disease in the body of Muslims. KeywordsDa'wah, Public Problems, Aqida, Moral, Individualism, Materialistic Rasululllah SAW mempunyai kepedulian yang tinggi terhadap umatnya. Kepedulian tersebut merupakan bentuk kecintaan beliau terhadap umat Islam. Salah satu wujud kesayangan dan kecintaan Rasulullah kepada umatnya adalah pesan beliau dalam sabdanya أخشى ما خشيتُ على أمتى كَبِرُ البطنِ, ومُداوَمَةُ النوم والكسَلُ وضَعْفُ اليقيــنِ ''Hal-hal yang paling aku khawatirkan melanda umatku ialah besar perut, banyak tidur, pemalas, dan lemah keyakinan.'' HR Daruquthni dari Jabir. Hadis di atas merupakan kekhawatiran Rasulullah akan penyakit-penyakit yang dapat menjangkiti umatnya dan menyebabkan umat ini menjadi umat yang kalah dan tidak memiliki kehormatan. Penyakit-penyakit tersebut sejatinya menjadi perhatian dan kewaspadaan kita sebagai umat Islam. Penyakit pertama, besar perut. Besar perut artinya lebih mementingkan urusan perut dan keduniawian. Orang yang terjangkit penyakit seperti ini tidak segan-segan menghalalkan segala cara untuk memperoleh apa yang diinginkannya. Dan, jika umat telah terjangkit penyakit ini, niscaya akan hilanglah kehormatan umat dan akan mengundang datangnya azab yang dahsyat. Untuk itu, Allah memberikan petunjuk beharga bagi kita bahwa kesenangan dan kehidupan dunia adalah sementara dan tidak kekal. Akhiratlah tempat yang paling kekal. Allah SWT berfirman, ''Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka, tidakkah kamu memahaminya?'' QS 632. Kedua, banyak tidur. Penyakit ini menyebabkan orang kehilangan produktivitasnya dalam bekerja. Selain itu, bahaya yang paling utama adalah orang-orang tersebut dapat meninggalkan kewajibannya dalam beribadah. Padahal, Rasulullah, para sahabat, dan orang-orang saleh selalu mencontohkan untuk menyedikitkan tidur dan meraih keutamaan ibadah pada sepertiga malam terakhir. Firman Allah SWT, ''Hai orang yang berselimut, bangunlah untuk sembahyang di malam hari, kecuali sedikit daripadanya, yaitu seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Alquran itu dengan perlahan-lahan.'' QS 731-4. Ketiga, malas. Malas menyebabkan seseorang kehilangan kreativitasnya dan membuang-buang waktu secara percuma. Jika umat terjangkit penyakit ini, maka kehancuran dan kemunduran umat Islam adalah keniscayaan. Keempat, lemah keyakinan. Penyakit ini menyebabkan seseorang tidak memiliki pendirian yang tetap. Jika umat terjangkit penyakit ini, maka umat akan sangat mudah diprovokasi dan diadu domba oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. sumber Harian RepublikaBACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini loading...Rasulullah telah memperingatkan tentang penyakit umat dalam sebuah hadisnya. Penyakit umat ini, selain diderita oleh umat nabi-nabi terdahulu, ternyata juga akan diderita oleh umat Nabi Muhammad SAW. Foto ilustrasi/ist Sifat-sifat buruk suatu kaum , ternyata selalu menghinggapi umat nabi-nabi. Sifat buruk yang dimiliki suatu kaum ini, disebut dengan 'penyakit umat' yang membawa kehancuran bagi umat nabi-nabi tersebut. Begitu juga dengan umat Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa dalam Kitab “188 Nubuat ar-Rasul – Maa Tahaqaqa Minha wa Maa Yatahaqqa” karya Muhammad Waliyullah an-Nadwi, dijelaskan bahwa Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam telah memperingatkan tentang penyakit umat ini dalam sebuah hadis. Baca Juga Dari Abul Abbas Muhammad bin Ya'kub, dari Muhammad bin Abdullah, dari Ibnu Wahhab, dari Abu Hani'i Humaid bin Hani'i Al-Khaulani , dari Abu Sa'id Al-Ghifari, dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu, berkata bahwa ia mendengar Rasulullah bersabda, “Umatku akan menderita penyakit seperti yang diderita oleh umat-umat yang lain.” Para sahabat bertanya, “Apa penyakit umat-umat itu, ya Rasulullah?” Beliau menjawab, “Al-Asyr amat melampaui batas, Al-Bathr melampaui batas dalam hal kenikmatan, At-Takatsur bermegah-megahan, At-Tanajusy bersaing dalam urusan dunia. Selain itu, saling membenci dan menghasud sehingga menjadi orang yang durhaka dan lalim.” HR. Hakim dalam Al-Mustadrak 4/168Dalam redaksi lain disebutkan, Rasulullah Shallalahu alaihi wa sallam bersabdaسَيُصِيْبُ أُمَّتِى دَاءُ اْلأُمَمِ اَْلأَشَرُ وَالْبَطَرُ وَالتَّكَاثُرُ وَالتَّشَاحُنُ فِى الدُّنْيَا وَالتَّبَاغُضُ وَالتَّحَاسُدُ حَتَّى يَكُوْنَ الْبَغْيُ"Penyakit umat-umat lain akan mengenai umatku, yaitu mengingkari nikmat, sombong, bermegah-megahan, bermusuhan dalam perkara dunia, saling membenci, saling mendengki hingga melampaui batas HR. Hakim. Baca Juga Tentang penyakit umat ini, tulisan Ketua Lembaga Dakwah Khairu Ummah, Drs H. Ahmad Yani menguraikannya sebagai berikut1. Mengingkari nikmatMengingkari nikmat menjadi penyakit yang berbahaya karena hal itu hanya akan mendatangkan murka Allah SWT sebagaimana firman-NyaDan ingatlah juga, tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". QS Ibrahim [14]7.Sejarah telah menunjukkan bagaimana Qarun diamblaskan ke dalam bumi, diri dan hartanya yang dianggap bukan kenikmatan dari Allah swt, hal ini dinyatakan dalam firman-NyaSesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, Maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan kami Telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Ingatlah ketika kaumnya Berkata kepadanya "Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri". QS Al Qashash 76 Baca Juga Qarun berkata "Sesungguhnya Aku Hanya diberi harta itu, Karena ilmu yang ada padaku". dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh Telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih Kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia "Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang Telah diberikan kepada Karun; Sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar".QS Al Qashash 78-79Maka kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. dan tiadalah ia termasuk orang-orang yang dapat membela dirinya. QS Al Qashash 812. Sombong

penyakit umat dalam dakwah